Di tengah-tengah labirin perasaan, aku berjalan berdampingan dengan cinta. Ia adalah penyakit yang menghujamku dengan keindahannya yang menggoda. Namun, takdir memilih untuk menyembunyikan kebenaran ini di balik tirai gelap yang melingkupi pandangan dunia.
Seperti sebatang panah tak berujung, cinta menusuk hatiku tanpa ampun. Setiap hela nafasku terasa tercekik, bagaikan tangis yang terperangkap di dalam dadaku. Tapi ironisnya, dunia menganggapku menderita. Mereka memandangku seolah aku mengidap penyakit berbahaya yang mengancam keselamatan hatiku.
Mereka mengeluhkan gejalanya yang tak terduga dan menyalahkan cinta yang tumbuh subur di dalam diriku. Seperti virus yang menyebar dengan cepat, cinta ini melumpuhkan hatiku dan menjadikannya tak berdaya. Ketika kuberikan sepenuhnya, mereka menduga aku terinfeksi gila cinta yang membuatku kehilangan akal sehat.
Lalu aku terdampar dalam lautan pertanyaan. Mengapa sakit ini selalu dianggap negatif? Bukankah cinta seharusnya menghidupkan dan memberi makna? Mengapa ia selalu dihukum sebagai penderitaan yang tidak berarti?
Dalam keterbelakangan logika, aku menyadari bahwa sakit itu bukanlah penyakit yang mengancam, melainkan suatu bentuk kehidupan yang nyata. Seperti guntur yang menggema di langit, cinta membawa badai emosi yang tak terduga, tetapi juga menciptakan pelangi di tengah kelamnya langit.
Ketika cinta menjelma menjadi penyakit, hati yang sebelumnya normal bermetamorfosis menjadi labirin emosi. Ia melahirkan gejala aneh yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Tetapi aku percaya bahwa di dalam kekacauan itu, terdapat kekuatan yang tak terhingga.
Layaknya obat yang beracun tetapi menyembuhkan, cinta juga memiliki efek samping yang tidak terduga. Ia mampu membuatku merasakan euforia dan kesedihan yang sama-sama mengguncang jiwa. Namun, kekuatannya tidak bisa diremehkan. Cinta adalah obat yang memberikan keabadian pada kesedihan, menghidupkan kembali hati yang mati.
Jadi, meskipun dunia menyerukan peringatan tentang bahaya cinta, aku tetap memilih untuk mencintai dengan sepenuh hati. Aku tak akan menganggapnya sebagai penyakit yang harus dihindari, melainkan sebagai keajaiban yang memperkaya hidupku. Sebab dalam keterpurukan yang mendalam, cinta adalah sinar harapan yang mampu menerangi kegelapan dan membawaku menuju kesempurnaan yang sejati.