Pembenaran Agama Dalam Keragaman | Bocah Ndeso

Kamis, 04 Mei 2023

Pembenaran Agama Dalam Keragaman

Di suatu tempat yang jauh, di tengah hutan yang sunyi, terdapat seorang manusia yang sedang sibuk menganyam benang-benang pembenaran. Setiap benang itu ditenun dengan hati-hati, dihiasi dengan hiasan-hiasan religius yang indah. Dalam keheningan malam, ia berbicara dengan dirinya sendiri, mencoba meyakinkan diri bahwa agamanya adalah yang paling benar.

Dia memulai dengan mengelus-elus kain pembenarannya yang terbuat dari benang dogma dan keyakinan yang tak tergoyahkan. Dalam kegelapan pikirannya, ia meyakini bahwa hanya agamanya yang mampu mengarungi samudera kehidupan yang gelap dan tak terduga. Ia merasa bahwa pembenaran ini adalah lambang kesalehan dan keberanian spiritualnya.

Namun, apakah ia tidak menyadari bahwa hutan itu penuh dengan kehidupan yang beragam? Di balik pepohonan yang tinggi, ada suara angin yang berbisik lembut, merangkul segala keberagaman dengan tanpa pamrih. Burung-burung berwarna-warni berdendang dengan riangnya, tanpa memedulikan perbedaan kepercayaan. Mengapa manusia itu tidak dapat belajar dari harmoni alam?

Pembenaran yang dianyamnya semakin rumit, semakin membingungkan pikiran dan jiwa yang sedang bergejolak. Dalam kebimbangannya, ia melupakan pesan dasar dari semua agama yang sejatinya mengajarkan kasih sayang dan pengampunan. Seakan-akan, pembenaran ini adalah alat yang memisahkan manusia dari kemanusiaannya sendiri.

Lihatlah pembenaran itu sekarang, dengan semua hiasan religiusnya yang mencolok. Ia berkilau dalam sinar matahari, tetapi kesombongannya membuatnya buta terhadap keindahan keberagaman dan toleransi yang seharusnya dijunjung tinggi. Ia merasa perlu membenarkan segala tindakan dan kepercayaan, tanpa menyadari bahwa penerimaan dan pengertian adalah jalan yang lebih bijaksana.

Hutan itu sendiri menyembuhkan luka-luka di bumi dengan kemurahan hatinya. Ia memberikan tempat bagi semua makhluk hidup tanpa memandang agama, ras, atau kepercayaan. Namun, manusia itu masih sibuk dengan pembenarannya yang tak ada habisnya.

Sungguh, pembenaran tidak seharusnya menjadi perisai yang terlalu kuat untuk menutupi kerentanan dan ketidakpastian kita. Kita harus berani melangkah keluar dari bayang-bayang pembenaran tersebut, dan memandang dunia dengan mata yang terbuka dan hati yang penuh kasih. Hanya dengan begitu, kita dapat menemukan makna sejati dalam agama, yaitu cinta dan kedamaian yang melampaui batas-batas pembenaran.