Waktu Seakan Terhenti Oleh Atmosfer Kejenuhan | Bocah Ndeso

Selasa, 16 Mei 2023

Waktu Seakan Terhenti Oleh Atmosfer Kejenuhan

Melalui jendela kamar gelapku, aku tersenyum kepadamu dari sudut kebosanan yang menggerogoti hati. Waktu berjalan dengan laju yang terhenti, seakan-akan mengikuti irama jantung yang terhimpit. Aku terperangkap dalam jaring-jaring rutinitas yang monoton, terikat oleh kejenuhan dan kekosongan yang menganga.

Setiap hari, aku terjebak dalam interaksi dengan para manusia berwajah palsu, yang mengenakan senyuman samar yang tak lebih dari sekadar topeng kelicikan. Mereka adalah sosok-sosok yang hidup dalam kepalsuan, menyembunyikan kedukaan mereka di balik tirai kebahagiaan semu. Namun, jeli mataku mampu menembus tirai kebohongan mereka, merasakan inti dari ketidakjujuran yang melingkupi atmosfer sekitarku.

Tatkala sinar senja memancar di ufuk, langit menyapa dengan kemegahan berwarna jingga. Merangkul keremangan, perpaduan warna itu menghadirkan keindahan yang menggugah hati namun meneduhkan jiwa. Di antara sunyi senja, titik-titik airmataku tak terbendung membasahi pipiku. Sair itu menjadi representasi kesedihan yang tak tertahankan, buah dari keletihan dan kepenatan yang mencekik napasku setiap hari. Mereka pun menjadi lambang kehausan akan hidup yang bermakna, tempat di mana aku bisa merasakan denyut hidup dan menemukan keselarasan dengan jiwa yang hakiki.

Namun, jauh di balik goresan kebosanan, serdadu-serdadu kemunafikan, kejenuhan yang memudar, senja yang merayu, dan airmata yang memercik, ada bara semangat yang menggelegak di dalam nalarku. Aku merindukan kebebasan dari jeratan rutinitas dan menerobos mencari makna yang lebih mendalam dalam kehidupan. Aku merindukan kekuatan baru yang akan membakar jiwaku dengan ceria. Aku merindukan tempat di mana aku bisa bersikap jujur pada diriku sendiri dan pada orang lain, tempat di mana senja bukan hanya sekadar saksi kesepian, melainkan pelita kecantikan yang menginspirasi.

Barangkali, perjalanan menuju derap makna yang lebih dalam ini membutuhkan nyali untuk menghadapi kenyataan dan mengubah kehidupan. Aku harus berani melangkahkan kaki keluar dari ruang nyaman, menjelajahi dunia yang belum pernah terhampar di hadapanku. Dalam perjalanan itu, barangkali aku akan menemukan sinar yang mengusir kebosanan, kejenuhan, dan kemunafikan. Barangkali, di ujung perjalanan itu, aku akan menemukan diriku sendiri, sosok yang mampu menangis bersama senja tanpa perlu menyembunyikan airmata dengan sandiwara palsu.