Di tepian waktu yang berliku, terhamparlah cerita tentang dua sosok manusia yang menjadi pusaka kehidupan dalam benakku. Orangtuaku, malaikat tanpa sayap yang semakin meranggas, memasuki babak terakhir perjalanan hidup mereka. Dalam wajah mereka terlihat goresan-goresan waktu yang tak bisa ditutupi, seperti garis-garis kehidupan yang terukir dengan penuh makna.
Seiring langkah-langkahku yang semakin melangkah jauh di lorong kehidupan, tugas baru telah tertanam dalam hatiku. Aku, sang penjaga api keluarga, harus menemukan keberanian dalam menjalani peran dewasa yang semakin terasa berat. Seperti pucuk embun yang menghampiri daun kering pada pagi hari, tugas dan tanggung jawabku tumbuh bersamaan dengan orak-arik waktu yang berlalu.
Terkadang, ketika aku melihat matahari terbenam yang menerangi langit senja, perlahan namun pasti, batang-batang pohon tua pun menggugurkan dedaunan mereka yang dulu hijau. Demikian pula dengan orangtuaku, yang kini semakin memudar, tetapi tetap memancarkan sinar yang penuh kasih sayang. Bagai pelangi di awan kelabu, mereka menjadi warna dalam hidupku yang tak pernah pudar.
Namun, seiring berjalannya waktu, kelopak-kelopak kematangan tumbuh dalam relung hatiku. Aku berusaha menjadikan detik-detik terakhir orangtuaku sebagai pelangi terindah dalam catatan hidupku. Saat langkah-langkahku bergetar di sepanjang jalan kesulitan, kekuatan mereka menjelma sebagai tiang penopang yang tak pernah beranjak dari sisiku.
Dalam senyuman lembut mereka, terselip cerminan kehidupan yang telah terlewati. Seolah mengukir pelajaran berharga dalam dada, mereka menuntunku melalui belitan jalan yang semakin rumit. Aku merasa seakan mengemban misi suci untuk membalas segala kebaikan yang mereka curahkan, sejak awal jalan hidupku.
Matahari dan bulan saling berbagi peran dalam menentukan nasib alam semesta. Demikian pula, dalam perjalanan hidup ini, kini tibalah saatnya bagiku untuk menghampiri garis penentu yang menyatukan batasan antara remaja yang terhanyut dalam mimpi-mimpinya dan dewasa yang siap menghadapi kenyataan pahit dan manis.
Begitulah, dalam detik-detik yang tak terulang, aku harus menghadapinya dengan kepala tegak dan langkah pasti. Orangtuaku, yang kini semakin menua, telah menorehkan jejak dalam diriku. Mereka telah mengajariku tentang arti kesabaran, keberanian, dan ketabahan. Aku, sang penjaga cahaya dalam keluarga, siap menghadapi cobaan dan menaklukkan setiap tantangan yang menghampiriku dengan penuh keiklasan.