HUJAN MENEMANI SISI GELAPKU | Bocah Ndeso

Senin, 03 Desember 2012

HUJAN MENEMANI SISI GELAPKU

Siang ini mendung. Gerimis mengiring perjalanan pulang. Aku membaca raut muka nya, Aku ragu apa yang aku rasa. Tapi mengapa ada sedih melintas dalam hati ini. Hujan gerimis semakin deras, di ujung jalan aku masih bisa melihat gelap itu.

Ya, aku hanya bisa menulis di saat suasana yang terlihat gelap. ketika suatu masa berfikir, apakah aku harus terus hidup dengan kesedihan dan sakit hati bertahun-tahun? atau mungkin aku harus kehilangan isi otak ku? Bahkan tak tersadar untuk sekian waktu?, atau aku harus bersedih-sedih hati sampai mati?!.

Inspirasi datang padaku untuk membuatku mampu merangkai ratusan kata. Aku menyadari sejak tiga tahun lalu. Dengan hujan, sedih dan sakit hati selalu setia menemani dari orang yang paling setia sekalipun.

Hujan, dan mendung, semuanya  tercampur baur jadi satu dalam ruang pikiranku dan mendadak rasanya ribuan kata ingin terlahir dalam goresan. Suasana yang selalu aku cari untuk menulis. Aku tidak bisa menahan lebih lama lagi.

Hujan, selalu membawaku pada cerita dan kisah yang sama. Hujan dengan komposisinya yang berulang dan hujan selalu tentang kamu.  Tak pernah mengerti jalan pikiran hujan dengan mu seperti sama. Seakan terlihat jelas seperti bahagia dan kesedihan yang dating tak pernah jelas dari mana dan mau kemana arah itu.

Hanya biasa memaki diri, dan bercampur dengan hujan yang turun basai semua tubuh ini. Pandangan, ku buang kebawah karena sadar siapa aku ini.